Sebuah kebohongan yang dimuntahkan oleh jaman yaitu keinginan seorang gadis untuk mengenal pendamping hidupnya sebelum menikah.
Berjalan bersamanya agar lebih mengenalnya dari dekat adalah kwitansi tagihan yang akan dibayar oleh gadis dari saku kehormatan dan kesuciannya. Zina tak terjadi secara mendadak, tetapi dengan mukaddimah. Sarana paling beresiko sekaligus paling gampang merupakan omong kosong seperti itu diatas, yang cuma diakui oleh pemuda dan gadis dungu. Kedunguan sudah membuat orang yang akan mengobatinya jadi berputus asa.
Inilah cerita seorang gadis yang menikah yang didahului melalui telepon. Dengarkan kisah yang dia ungkapkan :
“Aku mengenalnya lewat percakapan telephone. Hubunganku dengannya berlangsung kurang lebih setahun. Selama itu dia melontarkan kata-kata cinta penuh mesra, sehingga dia berhasil menguasaiku dengan kata-katanya. Pembicaraan-pembicaraan silih bertukar. Kejadian-kejadian yang terburu-buru, diselingi oleh photo diriku yang kuberikan kepadanya supaya dia melihatku sebelum menikahiku. Lebih dari itu, ak ukeluar bersamanya cuma sepuluh menit saja.
Saya lupa kalau Islam membolehkan melihat wanita yang dilamar dengan bebrapa ketentuan dan adab-adab. Dia menikahiku. Malam pertama hanya perbincangan yang menjemukan, sebatas membunuh saat. Saya tak tahan memikulnya. Saya berdiri disampingnya tanpa bisa memahaminya. Mengapa dia berpaling dan melengos? Selama sepuluh hari saya hidup bersamanya di bawah bayang keputusasaan. Aku bertanya, sementara air mataku mendahului ucapanku. Ada apa denganmu? Apa yang anda fikirkan? Mana janji-janjimu? Anda anggap apa diriku dalam hidupmu? Sesudah menarik nafas, dia mengangkat kepalanya seraya berucap, “Menikahimu merupakan kekeliruan terbesar. Wanita yang ingin keluar bersamaku tentu dia ingin keluar berbarengan orang lain. Maaf saya tak menginginkanmu sebagai pendamping hidupku dan ibu untuk anak-anakku”
Dia menceraikanku, dan untuk seterusnya aku mesti memikul kepedihan sendiri. Musibah ini benar-benar membuatku terpukul. Betapa berat beban deritaku saat yang di cita-citakan berubah jadi petaka. Kebahagiaan berubah menjadi air mata. Kebahagiaan serta cinta berubah jadi mimpi di siang bolong. Berikut kisahku. Gambaran yang menyedihkan, sekaligus pemandangan yang memilukan. Dia merampas impianku, bahkan menguburnya setelah air mataku yang hangat dan berharga habis bercucuran.
Saudariku para gadis, dirimu bukan untuk sembaran lelaki. Engkau hanya untuk seorang laki laki, yaitu suamimu. Dia bakal mencarimu seakan-akan engkau merupakan mutiara tersembunyi yang susah untuk diperoleh oleh seseorang pemuda. Mutiara-mutiara bernilai yang tersembunyi didasar lautan. Serta barangsiapa ingin mengambilnya, maka dia harus berhadapan dengan ombak. Satu ungkapan menyatakan, “Barangsiapa menginginkan permata, maka dia harus membayar mahal. ” Ukhti Fits Tsanawiyah, hal. 40-43
Diambil dari buku : Berhati-hatilah Putriku, Serigala Mengintaimu!, Khalid Abu Shalih, Penerbit Elba
http://www.rindumadinah.com/2016/04/sungguh-mengerikann-apa-ini-baca-kalau.html
Blogger Comment